KEGUNAAN SIG
DIBIDANG PERIKANAN DAN KELAUTAN
PADA PENANGKAPAN
IKAN CAKALANG DI TELUK BONE
Dosen Penanggung Jawab
Rusdi Leidonald, S.P, M.Sc
Oleh:
FRIYUANITA LUBIS
110302038
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
SISTEM
INFORMASI SUMBERDAYA PERAIRAN
MANAJEMEN
SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan Praktikum Sistem Informasi Sumberdaya Perairan.
Dalam laporan Sistem Informasi Sumberdaya Perairan yang berjudul “Kegunaan SIG dibidang Perikanan dan Kelautan Pada Penangkapan
Ikan di Teluk Bone” yang akan dijadikan landasan utama dalam membahas
tentang kegunaan SIG.
Pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada Rusdi Leidonald, S.P, M.Sc selaku dosen mata kuliah Sistem
Informasi Sumberdaya Perairan dengan segala kesabaran dan bimbingannya sehingga
laporan ini dapat diselesaikan, dan tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih
kepada sumber dan teman-teman yang telah memberikan masukan agar laporan ini
dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih.
Medan, April 2013
Penulis
PENDAHULUAN
Latar belakang
Indonesia
adalah negara kepulauan yang memiliki kekayaan laut melimpah, sungguh sangat
disayangkan apabila sumberdaya tersebut tidak dapat dimanfaatkan hanya karena
tidak adanya ketersediaan informasi mengenai sumber daya tersebut, terutama
sumber daya ikan laut. Sistem informasi geografis perikanan Indonesia dapat memberikan
informasi mengenai daerah penyebaran ikan dan lokasi penangkapan ikan di
sepanjang wilayah perairan Indonesia. Perancangan sistem ini dimulai dengan melakukan
identifikasi dari pihak yang berkepentingan dengan sistem informasi geografis
perikanan Indonesia beserta kegiatan yang dapat dilakukan oleh pihak tersebut.
Ikan dengan mobilitasnya yang tinggi akan lebih
mudah dilacak disuatu area melalui teknologi ini karena ikan cenderung
berkumpul pada kondisi lingkungan tertentu seperti adanya peristiwa upwelling,
dinamika arus pusaran (eddy) dan daerah front gradient pertemuan dua
massa air yang berbeda baik itu salinitas, suhu atau klorofil-a. Pengetahuan dasar
yang dipakai dalam melakukan pengkajian adalah mencari hubungan antara spesies
ikan dan faktor lingkungan di sekelilingnya. Dari hasil analisa ini akan
diperoleh indikator oseanografi yang cocok untuk ikan tertentu. Sebagai contoh
ikan albacore tuna di laut utara Pasifik cenderung terkonsetrasi pada kisaran
suhu 18.5-21.5oC dan berassosiasi dengan tingkat klorofil-a sekitar 0.3 mg m-3
(Zainuddin et al., 2004).
Selanjutnya output yang didapatkan dari indikator
oseanografi yang bersesuaian dengan distribusi dan kelimpahan ikan dipetakan
dengan teknologi SIG. Data indikator oseanografi yang cocok untuk ikan perlu
diintegrasikan dengan berbagai layer pada SIG karena ikan sangat mungkin
merespon bukan hanya pada satu parameter lingkungan saja, tapi berbagai
parameter yang saling berkaitan. Dengan kombinasi SIG, inderaja dan data
lapangan akan memberikan banyak informasi spasial misalnya dimana posisi ikan
banyak tertangkap, berapa jaraknya antara fishing base dan fishing ground yang
produktif serta kapan musim penangkapan ikan yang efektif. Tentu saja hal ini
akan memberi gambaran solusi tentang pertanyaan nelayan kapan dan dimana bisa
mendapatkan banyak ikan.
Sistem Informasi
Geografis (SIG) adalah sistem yang digunakan untuk mengelola data dan informasi
keruangan. SIG memiliki cakupan yang sangat luas, mulai dari pengambilan data
di lapangan menggunakan Global Positioning System (GPS), input data ke
komputer, analisa dengan software, keluaran berupa model peta, 3D display, SIG
berbasis web, dan sebagainya. Sekarang ini, aplikasi SIG tidak hanya menjadi
domain sektor-sektor yang berhubungan dengan lahan saja (seperti militer,
pertambangan, kehutanan, perkebunan dan pertanian), tapi juga sudah
secara luas digunakan untuk kesehatan, perdagangan, distribusi, jaringan, dan
bisnis.
Sistem informasi geografis adalah
alat dengan system komputer yang digunakan untuk memetakan kondisi dan
peristiwa yang terjadi dimuka bumi. Teknologi SIG ini dapat mengintegrasikan sistem
operasi database seperti query dan analysis statistik dengan berbagai
keuntungan analysis geografis yang ditawarkan dalam bentuk peta. Dengan
kemampuan pada sistem informasi pemetaan (informasi spasial) yang membedakannya
dengan system informasi lain seperti database, maka SIG banyak digunakan oleh
masyarakat, pengusaha dan instansi untuk menjelaskan berbagai peristiwa,
memprediksi hasil dan perencanaan strategis (Environmental Systems Research
Institute, ESRI). Teknologi ini juga dapat mendeskripkan karaketristik objek
pada peta dan menentukan posisi kordinatnya, melakukan query dan analysis
spasial serta mampu menyimpan, mengelola, mengupdate data secara terorganisisr
dan efisien.
Tujuan
Dalam makalah ini bertujuan
untuk mengetahui kegunaan sumber informasi yang berbasiskan geografis yang
dapat diharapkan sebagai potensi lahan perikanan ataupun kelautan. Selain itu
dapat memecahkan masalah yang terjadi dalam dunia perikanan dan kelautan secara
cepat dengan cakupan yang luas.
PERIKANAN
DAN KELAUTAN
Indonesia merupakan
suatu Negara Kepulauan yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari perairan, di
mana di dalamnya banyak terkandung sumberdaya hayati dan potensial. Berdasarkan
data yang ada bahwa produksi perikanan pada tahun 2004 mencapai 43.286,60 ton,
meningkat 9,37% dibandingkan produksi pada tahun 2003 sebesar 39.446,80 ton.
Menurut jenisnya perikanan dibedakan menjadi perikanan tangkap dan perikanan
budidaya. Sebagian besar produksi perikanan di Gorontalo dihasilkan oleh
perikanan tangkap, yakni sekitar 82,75% atau sebesar 35.818,50 ton (Anonimous,
2005).
Secara nasional
potensi lestari perikanan Indonesia (6,4 juta ton/tahun baru
termanfaatkan sebesar 63,5% atau sebesar 4,1 juta ton/th (63,3%). Terlihat
tingkat pemanfaatan (exploitation rate) masih jauh dari potensi lestarinya.
Akan tetapi untuk wilayah tertentu terutama di sekitar pulau-pulau yang padat
penduduknya (Pulau Kendari bagian utara, Selat malaka, Selat Bali, dan lainya)
maka tingkat pemanfataanya sudah mendekati bahkan melebihi ambang kritis
(overfishing) (Squires, 2003; Susilowati, 2002; Nikijuluw, 2002; Dahuri et al,
2001).
Indonesia dengan panjang garis pantai 81.000 km hanya
memiliki 17 pelabuhan perikanan (4 pelabuhan perikanan samudera dan 13
pelabuhan perikanan nusantara). Artinya satu pelabuhan perikanan untuk setiap
4.500 km garis pantai. Cara-cara kita mengelola perikanan pun pada umumnya
kurang profesional dengan penerapan IPTEK yang rendah, tidak terintegrasi
antara sektor hulu dan sektor hilir, eksploitatif dan kurang mengindahkan aspek
kelestarian sumberdaya ikan serta ekosistemnya, dan cenderung membiarkan
penjarahan ikan (illegal fishing) oleh nelayan asing.
SISTEM
INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)
SIG merupakan suatu
system informasi spasial berbasis computer yang mempunyai fungsi pokok untuk
menyimpan, memanipulasi, dan menyajikan semua bentuk informasi spasial. SIG
juga merupakan alat bantu manajemen informasi yang terjadi dimuka bumi dan
bereferensi keruangan (spasial). Sistem Informasi Geografi bukan sekedar system
computer untuk pembuatan peta, melainkan juga merupakan juga alat analisis.
Keuntungan alat analisis adalah memeberikan kemungkinan untuk mengidentifikasi
hubungan spasial diantara feature data geografis dalam bentuk peta
(Prahasta, 2004).
Menurut Natari (2007),
pemilihan tempat penangkapan yang strategis sangat penting, karena dengan
pemilihan yang tepat akan menghasilkan hasil yang sesuai dengan yang di
harapkan, untuk mendapatkan hasil yang lebih dari yang diharapkan maka
dibutuhkan SIG (Sistem Informasi Geografis) dalam bidang perikanan.
Secara umum prinsip
tujuan pemprosesan data pada teknologi SIG yaitu mempresentasikan (Zainuddin,
2006):
1. Input:
sebelum data spasial dapat digunakan, maka data dari peta harus dikonversi
kedalam format digital yang disebut proses pendigitalan dengan menggunakan alat
digitizer dengan cara manual ataupun dengan scanning.
2. Manipulasi:
digunakan untuk merubah format data, dan untuk mendapatkan parameter sehingga
data tersebut sesuai dengan yang diinginkan. Salah satu contoh dari manipulasi
yaitu dengan merubah skala yang berbeda supaya sama (Decimal Degre, Degre
Minute, Dan Second).
3. Pengelolaan:
pengelolaan data pada dasarnya dapat dimanfaatkan untuk menyimpan dan menarik
kembali dari arsip data dasar.
4. Query
dan Analisis: sebagai contoh salah satu pertanyaan analitis yaitu dimana lokasi
suatu daerah penangkapan ikan. Maka pada bagian ini akan menganalisis berupa
analisis promixy seperti berapa besar produktifitas perairan disekitar daerah
penangkapan ikan (fishing gorund), berapa luas daerah penangkapan ikan dan
teknik menggabungkan lebih dari 2 jenis data.
5.
Visualisasi: untuk menayangkan
informasi maupun hasil analisis data geografis secara kualitatif ataupun
kuantitatif.
Menurut Ekadinata, dkk.
(2006), Sistem Informasi Geografis adalah sebuah sistem atau teknologi berbasis
komputer yang dibangun dengan tujuan untuk mengumpulkan, menyimpan, mengolah,
dan menganalisa serta menyajikan data-data dan informasi dari suatu objek atau
fenomena yang berkaitan dengan letak atau keberadaannya di permukaan bumi.
Peranan inderaja dalam
memprediksi penurunan tangkapan di perairan laut dunia, pada masa yang akan
terkait pada peningkatan temperature telah diinvestigasi. Satu variabel kunci
di dalam melakukan pengembangan budidaya perairan dan perikanan berkelanjutan
adalah kualitas air. Teknologi SIG dan Inderaja menghadirkan alat penting yang
dapat digunakan untuk menilai secara tepat pengukuran kualitas air, membuat
data dasar, memadukan informasi, memvisualisasikan skenario dan memecahkan
permasalahan lingkungan yang rumit (kompleks). Dalam hal ini apabila potensi
perikanan di suatu wilayah mulai berkurang maka dengan tampilan dari SIG atau
Inderaja dapat langsung diketahui sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan
sebelum over ekspoitasi terjadi dan memindahkan area tangkap ke daerah lain
(Fauzan, 2011).
KEGUNAAN
SIG DALAM PERIKANAN DAN KELAUTAN
Masalah yang umum dihadapi adalah
keberadaan daerah penangkapan ikan yang bersifat dinamis, selalu
berubah/berpindah mengikuti pergerakan ikan. Secara alami, ikan akan memilih
habitat yang sesuai, sedangkan habitat tersebut sangat dipengaruhi kondisi
oseonografi perairan. Dengan demikian daerah potensial penangkapan ikan sangat
dipengaruhi oleh factor oseonografi perairan. Kegiatan penangkapan ikan akan
lebih efektif dan efisien apabila daerah penagkapan ikan dapat diduga terlebih
dahulu, sebelum armada penagkapan ikan berangkat dari pangkalan. Salah satu cara
untuk mengetahui daerah potensial penangkapan ikan adalah melalui study daerah
penangkapan ikan dan hubungannya dengan fenomena oseonografi secara
berkelanjutan (Priyanti, 1999).
Menurut Zainuddin (2006), Salah
satu alternative yang menawarkan solusii terbaik adalah pengkombinasian
kemampuan SIG dan pengindraan jauh. Dengan teknologi inderaja factor-faktor
lingkungan laut yang mempengaruhii distribusi, migrasi dan kelimpahan ikan
dapat diperoleh secara berkala, cepat dan dengan cakupan daerah yang luas.
Pemanfaatan SIG dalam
perikanan tangkap dapat mempermudah dalam operasi penangkapan ikan dan
penghematan waktu dalam pencarian fishing ground yang sesuai (Dahuri,
2001). Dengan menggunakan SIG gejala perubahan lingkungan berdasarkan ruang dan
waktu dapat disajikan, tentunya dengan dukungan berbagai informasi data, baik
survei langsung maupun dengan pengidraan jarak jauh (INDERAJA).
Dalam kegiatan
penangkapan ikan, pertanyaan klasik yang sering kali mencuat adalah di mana
ikan di laut berada dan kapan bisa ditangkap dalam jumlah cukup besar.
Pertanyaan penting itu perlu dijawab. Apalagi, usaha penangkapan dengan mencari
habitat ikan yang tidak menentu (asal-asalan) menimbulkan risiko tinggi, yaitu
pemborosan BBM, waktu, dan tenaga nelayan (Zainuddin, 2006).
Setiap spesies ikan
mempunyai karakteristik oseanografi kesukaan masing-masing dan cenderung
menempati daerah tertentu yang bisa dipelajari atau dibuat permodelannya. Hal
tersebut bisa dilakukan dengan pendekatan teknologi SIG. Basis data semestinya
menjadi isu penting dalam mengembangkan produksi perikanan tangkap negeri ini
yang sedang stagnan. Basis data itu juga sangat penting untuk mengetahui secara
persis berapa sebenarnya potensi stok ikan yang kita miliki, di mana saja ikan
tersebut bisa ditangkap, dan kapan bisa dipanen secara melimpah. Kontur suhu
yang memperlihatkan gradien suhu yang rapat dibandingkan sekitarnya dan
memiliki konsentrasi klorofil-a yang tinggi menjadi tolak ukur sebagai daerah
fishing ground (Anonimous, 2008).
PENANGKAPAN
IKAN CAKALANG DI TELUK BONE
Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis)
merupakan sasaran utama bagi sebagian besar kegiatan penangkapan di Teluk Bone.
Distribusi dan kelimpahan ikan ini sangat dipengaruhi oleh variasi kondisi
oseanografis. Tujuan penelitian ini adalah untuk memprediksi daerah potensial penangkapan
ikan cakalang berdasarkan pada data penangkapan dan data citra satelit
AQUA/MODIS suhu permukaan laut dan klorofil-a pada periode bulan April sampai
Juli 2009. Dengan menggunakan metode non linear regresi berganda dan teknik
sistem informasi geografis, hasil penelitian menunjukan bahwa kedua faktor
oseanografi tersebut secara signifikan mempengaruhi pola spasial dan temporal
distribusi dan kelimpahan ikan cakalang di daerah studi. Daerah potensial
penangkapan ikan cakalang diindikasikan dengan suhu permukaan laut 29,5-31,50C
dan densitas klorofil-a 0,15-0,35 mg/m3. Model prediksi menunjukan
bahwa tingkat produktivitas daerah potensial penangkapan ikan cakalang
tertinggi terjadi pada bulan April dan cenderung menurun sampai bulan Juli.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonimous,
2008. Aplikasi Satelit Untuk Nelayan: Oleh Aby Uspul.
http://abyuspul.wordpress.com (dikunjungi: Jumat, 2 april 2013).
Anonimus.
2005. Sistem Informasi Geografis: Oleh Erjenita Tambunan.
http://ditjenbun.deptan.go.id (Diakses: 3 April 2013).
Dahuri R.,
J. Rais, S.P. Ginting dan M.J. Sitepu, 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir
dan Lautan Secara Terpadu. Pradya Paramita. Jakarta.
Fauzan,
2011. Pemetaan Daerah Potensial Penangkapan ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis)berbasis
SIG di perairan teluk Tomini Gorontalo. Pemafaatan Sumberdaya Perikanan.
Fakultas Kelautan dan Perikanan. UNHAS. Makassar.
Prahasta, E.
2004. Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Penerbit Informatika.
Bandung.
Zainudin,
Mukti. 2006. Aplikasi Sistam Informasi Geografis Dalam Penelitian Perikanan dan
Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Hasanuddin.
Makassar.